Selasa, 25 September 2012

“Panggilan Melayani Tuhan Yang Meneguhkan”

“Panggilan Melayani Tuhan Yang Meneguhkan”

Nats Bacaan: Yer 1: 6-10



Pendahuluan

Pernahkah nama anda dipanggil karena keberhasilan dalam mencapai prestasi yang luar biasa? Pernahkah nama anda dipanggil karena telah melakukan kesalahan yang harus dipertanggungjawabkan? Panggilan nama karena prestasi akan membuat kita merasa bangga, bahagia, dan merasa berharga. Sementara, panggilan nama karena kesalahan bisa membuat kita merasa kikuk, deg-degan, dan merasa takut.

Panggilan Tuhan pada Yeremia adalah panggilan yang menguatkan, meneguhkan, dan mengokohkan pelayanan Yeremia. Panggilan Tuhan ini adalah panggilan yang membuat Yeremia merasakan kekuatan baru, membuat Yeremia meyakini panggilan hidupnya, dan membuat Yeremia mampu melanjutkan pelayanannya.

Panggilan Tuhan kepada Yeremia adalah panggilan positif, yaitu panggilan Tuhan yang menunjukkan bahwa Yeremia adalah orang yang istimewa, berharga, berguna, dan diperhitungkan dalam penggenapan rencana Tuhan. Panggilan Tuhan kepada Yeremia bukanlah panggilan negatif yang menuntut pertanggungjawaban atas kesalahan yang telah diperbuat oleh Yeremia.

Bagaimana dengan panggilan Tuhan atau orang lain kepada kita, apakah panggilan itu adalah  panggilan positif karena karya, prestasi, dan keberadaan kita yang berarti bagi sesama? Atau, apakah panggilan itu lebih disebabkan oleh kegagalan, kesalahan, dan kelemahan kita? Panggilan Tuhan yang meneguhkan adalah panggilan yang membuat kita semakin bergairah dalam melayani Tuhan. Panggilan yang meneguhkan adalah panggilan yang membuat kita merasa mampu, sanggup, dan bisa melalui berbagai tantangan yang ada dengan penuh keyakinan kepada Tuhan.

Bagaimanakah ciri-ciri panggilan Tuhan yang meneguhkan itu? Hal-hal apakah yang membuat kita semakin teguh dalam melayani Tuhan? Hal-hal apakah yang membuat kita tahu bahwa Allah telah  memilih kita untuk melayani-Nya?

1.    Panggilan Yang Disertai Dengan Pengutusan (Yer 1:6-7)
Maka aku menjawab: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda." Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. (Yer 1:6-7)

Secara logika, alasan Yeremia adalah alasan yang masuk akal, bisa dibenarkan, dan sangat jujur. Namun, alasan seperti ini  seringkali jadi alasan pembenaran bagi banyak orang untuk tidak melayani, tidak mau meresponi panggilan pelayanan, dan tidak terlibat dalam pelayanan.

Jika bagi manusia alasan ini adalah alasan yang baik, maka bagi Tuhan alasan ini adalah alasan yang sekedar dibuat-buat. Dan, Tuhan tidak mau mendengar alasan yang tidak masuk akal bagi-Nya! Faktanya, Tuhan langsung mengkonfrontir jawaban Yeremia dengan jawaban Tuhan yang penuh dengan ketegasan.

Bagi Tuhan, alasan masih muda bukanlah jawaban yang benar. Apalagi alasan tidak pandai berbicara, hal itu adalah alasan yang salah dihadapan Tuhan!

Memang, dalam hidup ini, seringkali orang lain tidak menghargai kita karena kita masih muda. Masih muda bisa berarti bahwa kita masih belum banyak pengalaman, masih belum dikenal dan mengenal orang lain, belum memiliki catatan prestasi yang luar biasa, pemula. Bahkan, muda bisa berarti: bahwa kita belum punya apa-apa, belum punya titel yang cukup, belum memiliki kekayaan, pelayanan masih awal-awal........! 

Seringkali, ketika mau melayani Tuhan, orang lain lebih tertarik dengan gelar theologia kita, seberapa banyak prestasi kita, seberapa hebat kita dalam hidup ini atau seberapa banyak jemaat dalam gereja kita. Hal inilah yang membuat alasan masih muda   menjadi tampak benar dihadapan manusia. Namun, ternyata dihadapan Tuhan, alasan masih muda bukanlah alasan yang benar.  

Dengan lantang, Rasul Paulus mengungkapkan,” Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1Tim 4:12).

Ketika Tuhan memanggil dan memilih kita untuk melayani-Nya, ada pengutusan yang jelas yang dinyatakannya kepada kita. Pertama, pengutusan dengan arah tujuan yang jelas. Pengutusan ini menyangkut kemana atau kepada siapa kita harus pergi. Kedua, pengutusan dengan pesan yang jelas. Pengutusan mengenai pesan yang harus kita sampaikan sesuai perintah Tuhan.

Ilustrasi Humor
Ketika ada acara wisuda disebuah sekolah theologia di Jakarta. Semua para wisudawan menyampaikan doa yang sungguh-sungguh ke hadapan Tuhan. Doa para wisudawan yang disampaikan didalam hati ini kurang lebih berbunyi seperti ini, “Tuhan, utuslah aku melayani Engkau, kemana saja Engkau mau, asalkan di daerah Jakarta.” Nah, jika doanya seperti ini berarti bukan doa pengutusan yang dikehendaki oleh Tuhan. Seharusnya, kemanapun dan dimanapun Tuhan mengutus maka kita harus pergi kesana. Hanya dengan cara mengikut dan mengiring Tuhan dengan sepenuh hatilah maka pelayanan kita semakin mempermuliakan nama Tuhan.

Renungan
Jika demikian, Sudahkah kita tahu arah tujuan perutusan Allah dalam hidup kita? Sudahkah kita melangkah ke dalam arah tujuan perutusan Allah didalam hidup kita?
Sudahkah kita menyampaikan pesan khusus yang ditaruh Allah didalam hati, pikiran, mulut kita?

2.    Panggilan Yang Disertai dengan Penyertaan Tuhan (Yer 1: 8)
“Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN." (Yer 1:8)
Ketika mengawali sebuah pekerjaan bisa saja kita: grogi, takut, ragu, tidak maksimal, gagal, gemetaran, dan ditertawakan oleh orang lain. Apalagi jika pekerjaan pelayanan itu adalah pekerjaan pelayanan yang sangat unik.

Pesan-pesan yang diberikan oleh Tuhan kepada Yeremia, bukanlah pesan-pesan yang enak didengar, pesan yang manis dicerna pikiran, atau pesan kabar baik. Keunikan pelayanan Yeremia adalah banyak diantara pesan yang disampaikannya adalah pesan yang menggentarkan hati, meremukkan semangat dan pesan yang menakutkan.

Nabi Yeremia mengungkapkan pergumulannya dalam melayani Tuhan di dalam kitab Yeremia 15:10 Celaka aku, ya ibuku, bahwa engkau melahirkan aku, seorang yang menjadi buah perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeri. Aku bukan orang yang menghutangkan ataupun orang yang menghutang kepada siapapun, tetapi mereka semuanya mengutuki aku.” Kemudian, di Kitab Yeremia 20: 7-10, Nabi Yeremia juga menyatakan keadaannya.

20:7 Engkau telah membujuk aku, ya TUHAN, dan aku telah membiarkan diriku dibujuk; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku. 20:8 Sebab setiap kali aku berbicara, terpaksa aku berteriak, terpaksa berseru: "Kelaliman! Aniaya!" Sebab firman TUHAN telah menjadi cela dan cemooh bagiku, sepanjang hari. 20:9 Tetapi apabila aku berpikir: "Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya", maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup. 20:10 Aku telah mendengar bisikan banyak orang: "Kegentaran datang dari segala jurusan! Adukanlah dia! Kita mau mengadukan dia!" Semua orang sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung jatuh: "Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan dapat melakukan pembalasan kita terhadap dia!"

Meski demikian, nabi Yeremia mendapat peneguhan dari Tuhan, bahwa apapun yang terjadi maka Tuhan selalu menyertainya. Penyertaan Tuhan inilah yang membuat Yeremia akan terlepas dari berbagai rintangan dalam pelayanannya. Begitupun dalam hidup kita, selama kita mendapat penyertaan dari Tuhan dalam melayani, maka kita percaya kita akan terlepas dari berbagai persoalan yang ada. Tidak mudah memang, namun janji penyertaan Tuhan itu pasti bagi hamba yang melayani-Nya dengan sungguh-sungguh. 

Pepatah China mengatakan: “perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah.” Begitu juga dalam pelayanan kita. Panggilan Tuhan adalah suatu hal, namun memulai ikut terjun dalam pelayanan adalah hal yang berbeda. Pertanyaannya kemudian adalah sudahkah kita berani ikut terlibat dalam melayani Tuhan?

Jika kita tidak pernah memulai, maka:
Kita tidak pernah tahu apakah kita bisa atau tidak dalam melayani.
Kita tidak pernah mencapai sesuatu yang maksimal dalam melayani.
Kita tidak akan pernah bertumbuh secara personal maupun dihadapan Allah.

Nabi Yeremia mendapat peneguhan dari Tuhan sehingga ia menjadi orang yang berani menghadapi rasa takutnya untuk memulai pelayanan. Nabi Yeremia memiliki keberanian yang luar biasa setelah ia mempercayai firman Tuhan yang disampaikan secara pribadi kepadanya.

Ilustrasi Kesaksian Iman
Seorang hamba Tuhan, saat memulai karir pelayanannya, diminta untuk mendoakan orang sakit di sebuah Rumah Sakit di kota Yogyakarta. Saat itu, hamba Tuhan ini masih kuliah di sebuah sekolah theologia. Setelah orang sakit ini didoakan, ternyata tidak lama kemudian, orang sakit ini meninggal dunia. Hamba Tuhan ini merasa gagal, tidak percaya diri dan tidak berani lagi mendoakan orang yang sakit. Dalam benaknya, hamba Tuhan ini tidak mau orang yang didoakannya akan meninggal dunia.    

Suatu waktu, setelah lama tidak mau mendoakan orang sakit langsung di Rumah Sakit, hamba Tuhan ini diminta untuk mendoakan orang yang sakit parah. Walau sebelumnya sudah tidak mau, tetapi karena orang yang sakit adalah orang dekat maka hamba Tuhan ini bersedia mendoakan di Rumah Sakit. Dan, luar biasanya, orang yang sebelumnya sudah diprediksi oleh dokter sebagai tidak mungkin pulih, ternyata orang ini malah sembuh secara mujizat setelah didoakan. Setelah itu, Tuhan malah memakai hamba Tuhan ini dalam berbagai pelayanan kesembuhan. Dahsyat, bukan? Ketika kita berani memulai pelayanan bersama Tuhan maka kehadiran Tuhan juga semakin nyata dalam pelayanan kita.

Firman Tuhan menegaskan, “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.” (1Yoh 4:18). Oleh karena itu, pertanyaan renungan bagi kita:
Sudahkah kita berani menanggapi panggilan Allah dengan memulai Pelayanan?
Sudahkah kita konsisten melayani Allah dalam setiap aspek dalam hidup kita?

3.    Panggilan Yang Disertai dengan Pemberian Otoritas (Yer 1:9-10)
Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.
Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam." (Yer 1:9-10)

Sebelum kita siap......
Sebelum kita merespon panggilan Allah dengan baik.......
Sebelum kita meng-iya-kan panggilan Allah secara pribadi.......
Maka Allah juga belum menyatakan OtoritasNya, Kuasa-Nya, jamahan-Nya secara Dahsyat!

Tuhan kita adalah Tuhan yang menghargai kehendak bebas manusia. Bagi Tuhan, manusia bukanlah robot yang sekedar menjalankan perintah apapun yang diberikan kepadanya. Dalam konteks panggilan Tuhan bagi Yeremia, Tuhan bahkan tidak memaksakan kehendak-Nya.

Pemberian otoritas Tuhan menjadi dahsyat didalam diri Yeremia, ketika Yeremia mengatakan “Yes” pada panggilan Tuhan. Baru setelah itu, maka:
Allah mengulurkan tangan-Nya.......
Allah menjamah mulut Yeremia.....
Allah memberikan otoritas kuasa-Nya kepada kita.........

Otoritas adalah kekuatan atau kekuasaan yang melekat didalam penugasan Tuhan dalam pelayanan kita. Otoritas ini dinyatakan Allah melalui apa yang bisa kita lakukan dengan pelayanan, apa yang harus kita kembangkan dalam pelayanan, dan apa yang menjadi keunggulan kita didalam pelayanan.

Ilustrasi Sederhana
Polisi lalu lintas yang berpakaian seragam, memiliki otoritas yang lebih di jalan raya, jika dibandingkan dengan seorang polisi yang berpakaian rapi tapi tanpa seragam kepolisian, walau sama-sama bertugas mengatur ketertiban lalu lintas. Ketika kita ada dirumah sakit, orang yang mengenakan seragam medis berwarna putih seringkali kita asosiasikan sebagai seorang dokter bukan? Padahal bisa jadi, ia adalah mahasiswa co-ass.

Ketika Tuhan memanggil Yeremia, Tuhan memberikan otoritas kuasa yang luar biasa:
Mencabut dan merobohkan........
Membinasakan dan meruntuhkan........
Membangun dan menanam....

Otoritas ini melekat kuat didalam pelayanan Yeremia. Otoritas kuasa ini adalah otoritas yang diberikan oleh Tuhan dalam pelayanan Yeremia. Begitu juga dalam hidup kita, setelah kita mengatakan “Yes” untuk melayani Tuhan, maka Tuhan juga memberikan otoritas kuasa dalam pelayanan kita. Ingat, sebelum Tuhan Yesus naik ke sorga, Tuhan Yesus mengatakan: “Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” (Mat 28:18). Baru setelah itu, Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28:18)

Jadi, panggilan yang meneguhkan itu adalah panggilan yang disertai pemberian otoritas Tuhan didalamnya. Ada kekuasaan Tuhan yang dinyatakan melalui setiap penatalayanan kita. Ada mujizat, ada pertumbuhan, ada pertambahan, dan ada buah yang jelas didalam pelayanan kita. 

Ingatlah: Ada kekuatan ekstra Allah yang dinyatakan dalam setiap aspek didalam pelayanan kita karena ketaatan, kesungguhan, dan keberanian kita dalam meresponi pangggilan-Nya!

Penutup

Panggilan untuk melayani Tuhan adalah suatu panggilan yang bersifat pribadi. Panggilan melayani Tuhan yang meneguhkan adalah panggilan Tuhan yang membuat kita mampu dalam menghadapi berbagai rintangan dalam pelayanan.

Panggilan Tuhan yang meneguhkan adalah panggilan yang disertai dengan Pengutusan yang jelas, panggilan yang disertai dengan penyertaan Tuhan yang dahsyat, dan Panggilan yang disertai dengan Pemberian Otoritas kuasa Allah. Sudahkah kita meresponi panggilan Tuhan dalam pelayanan? Selamat Melayani.  Tuhan Yesus Memberkati, Amen! (Bertinus Sijabat-Yogyakarta, 23 September 2012). 

Sabtu, 22 September 2012

Menghadapi Badai Hidup

Menghadapi Badai Hidup 


Nats Bacaan: Kis 27:21-26

27:21 Dan karena mereka beberapa lamanya tidak makan, berdirilah Paulus di tengah-tengah mereka dan berkata: "Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini! 27:22 Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. 27:23 Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, 27:24 dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. 27:25 Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. 27:26 Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau." (Kis 27:21-26)

Chrisye pernah mempopulerkan lagu "Badai pasti Berlalu". Pesan lagu ini sangat kuat, penuh pengharapan dan penuh keyakinan bahwa sesulit apapun masalah yang terjadi dalam hidup ini, maka suatu saat badai itu pasti akan berlalu! Dalam hidup ini, tidak ada satu orangpun yang tidak pernah mengalami badai hidup, baik  orang percaya maupun orang yang tidak percaya. Pertanyaannya kemudian adalah apakah  badai hidup ini membuat kita terhempas atau justru kitalah yang menghempaskan badai hidup itu?

Badai hidup dapat berupa krisis yang disebabkan kesalahan, kekalahan atau kegagalan pribadi. Namun, badai hidup juga bisa terjadi karena kesalahan, kesengajaan atau akibat tindakan  orang lain. Selain itu, badai dalam hidup ini bisa juga terjadi karena diperkenankan oleh Tuhan terjadi dalam hidup kita.

Ayub adalah  seorang tokoh yang mengalami pahitnya badai kehidupan atas perkenanan Tuhan. Atas penentuan TUHAN, nabi Yunus harus menginap di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam. Kemudian, Rasul Petrus hampir saja tenggelam ketika berjalan diatas air karena merasakan buaian angin.

Jadi, badai kehidupan dapat terjadi dalam hidup ini karena kesalahan kita, karena apa yang dilakukan oleh orang lain dengan sengaja, dan karena suatu keadaan yang diperkenankan oleh Tuhan dalam hidup kita.  Lalu, pertanyaannya adalah bagaimana caranya supaya kita mampu melewati badai kehidupan? Kita akan belajar bagaimana cara Rasul Paulus menghadapi badai kehidupan yang terjadi dalam hidupnya!

1. Hadapi dengan tabah hati. (Kis 27: 21-23)
Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorang pun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini.(Kis 27:22)

Tabah itu berarti kuat hati, teguh hati dan berani menghadapi segala macam cobaan yang terjadi didalam hidup ini. Bukannya ciut, keder, atau nyalinya kendor ketika sedang menghadapi berbagai tantangan hidup, orang yang tabah justru mampu mengelola hatinya dengan menghadapi berbagai permasalahan. Dalam nats bacaan kita ini saja, kata tabah hati dituliskan sampai tiga kali, artinya perkataan ini sangat penting!

Sebenarnya, Rasul Paulus memiliki alasan untuk marah, mengeluh atau demonstrasi kepada Tuhan. Toh, Rasul Paulus menghadapi badai laut ini karena melakukan tugas pelayanan. Dan, semua pengorbanan, pengabdian, dan persembahan hidup Rasul Paulus adalah untuk kemuliaan Tuhan. Namun, sungguh sangat luar biasa, karena Rasul Paulus justru  memilih untuk tabah hati dalam menghadapai semua permasalahan berat yang sedang melanda dirinya dan orang-orang yang sedang bersamanya.

Meski nasehatnya diabaikan. Walaupun perkataannya tidak diperhatikan oleh orang lain. Dan, kendati sama-sama sedang terancam nyawanya, namun  Rasul Paulus justru mengingatkan sesamanya untuk tabah. Mungkin, mudah bagi orang yang sedang bahagia untuk meminta orang yang sedang susah untuk tabah hati. Namun, ketika orang yang sedang terancam mati yang mengingatkan kepada sesamanya untuk tabah hati, maka tentu kualitas nasehatnya adalah jenis kualitas jempolan!

Bagaimana dengan kita, apakah ketika badai hidup datang mendera kita masih bisa menghadapainya dengan tabah hati? Berkat yang luar biasa bagi orang yang tabah hati adalah pertama, mendapat peneguhan untuk kuat bagi dirinya sendiri. Kedua, orang yang tabah hati mendapat peneguhan dari Tuhan. Ketiga, orang yang tabah hati mendapat kekuatan baru yang sangat dahsyat dari Tuhan sendiri.

2. Hadapi Dengan Gagah Berani (Kis 27: 24)
dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau.(Kis 27:24)

Rasul Paulus mendapat peneguhan dari Tuhan bahwa ia harus menghadap Kaisar. Hal ini berarti bahwa apapun yang terjadi, Tuhan telah menegaskan bahwa Rasul Paulus tidak aka berakhir, tidak akan mati, dan tidak akan berhenti sampai pada titik ini. Hidup Rasul Paulus harus terus berlanjut, karena Tuhan telah menetapkan bahwa ia harus menghadapi masalah ini dengan penuh keberanian.

Alkitab mencatat peneguhan-peneguhan yang diberikan oleh Tuhan kepada hamba-Nya yang dipakai untuk melakukan karya besar bagi kemulian-Nya. Perkataan "jangan takut!" pernah diberikan kepada: Yosua, Daud, Musa, Paulus, Yesaya, Yeremia, Petrus, dan masih banyak tokoh lain  yang tercantum namanya di dalam catatan emas Alkitab. Dan penegasan ini juga adalah bagi saudara dan saya sendiri!

Jadi, penegasan " Jangan Takut!" adalah peneguhan kepada setiap orang percaya untuk menghadapi berbagai tantangan hidup ini dengan gagah berani. Ketika masalah hadir, Tuhan memerintahkan kita untuk maju menghadapinya dan  menyelesaikannya bersama Tuhan sendiri. Badai kehidupan tidak akan selesai jika kita melarikan diri, menghindarkan diri, mengabaikannya, atau membiarkannya. Tuhan justru memerintahkan kita untuk menghadapinya dengan gagah berani.

Pertanyaan bagi kita adalah apakah ketika badai kehidupan sedang terjadi kita sudah berani menghadapinya? Tuhan Yesus Kristus adalah Tuhan yang gagah berani menghadapi berbagai masalah, kesukaran, keadaan hidup. Tuhan Yesus tidak pernah mundur dari persoalan, tidak melarikan diri dari permasalahan, dan tidak mau menunda-nunda dalam menyelesaikan persoalan. Tuhan Yesus bersama-sama orang yang gagah berani dalam menyelesaikan persoalan.

3. Hadapi dengan Percaya Penuh Pada Tuhan (Kis 27: 25-26)
Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku.(Kis 27:25)

Dengan penuh iman, Rasul Paulus meneguhkan semua orang yang bersama dengan dia diatas kapal. Dengan penuh antusiasme, Rasul Paulus meminta semua orang yang bersama dengan dia untuk percaya kepada perkataannya. Dasar semua perkataan Rasul Paulus adalah karena dia mempercayai Allah.

Percaya itu tidak ragu, tidak plin-plan, tidak setengah-setengah. Percaya itu berarti penyerahan total, keyakinan penuh, dan kesungguhan yang tidak tergoyahkan dengan cara apapun. Jenis kepercayaan iman yang luar biasa inilah yang dimiliki oleh Rasul Paulus.

"Semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku!" Padahal, keadaannya masih sedang dalam kesulitan. Situasi belum ada perubahan signifikan. Kapal masih terguncang kesana-sini. Bahkan, kapal itupun harus didamparkan! Namun, kualitas kepercayaan Rasul Paulus sangat istimewa.

Iman itu adalah percaya sebelum melihat. Iman itu sudah berani mengakui bukti meskipun tidak ada bukti nyata. Iman itu adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan. Iman itu adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.

Iman percaya seperti apa yang sedang bertumbuh didalam diri kita? Apakah kita memiliki iman yang meminta bukti terlebih dahulu sebelum mempercayainya sebagaimana Tomas? Atau masihkah kita percaya bahwa Allah sanggup menolong kita untuk keluar dari berbagai badai dalam hidup ini?

Penutup

Kehadiran Rasul Paulus yang tabah hati, berani dan penuh iman dalam menghadapi badai kapal hampir karam ini memiliki implikasi yang sangat nyata. Perhatikan bahwa karena Rasul Paulus, maka: tidak seorangpun yang akan binasa, semua orang yang bersamanya akan selamat, dan semua akan terjadi sebagaimana janji Allah kepada Rasul Paulus.

Oleh karena itu, apapaun masalah dalam kehidupan ini. Seberat, sesulit dan sekeras apapun persoalan yang sedang kita hadapi saat ini:jangan pernah putus asa! Sebagaimana Rasul Paulus tegaskan kepada kita: Hadapi dengan tabah hati, hadapi dengan gagah berani, dan hadapi dengan percaya penuh kepada Tuhan. Selamat menjalani kehidupan yang bersahaja bersama dengan Tuhan Yesus Kristus. Amen!(Bertinus Sijabat-Yogyakarta)


Rabu, 19 September 2012

Penipu Tertangkap Oleh Tuhan

Penipu Tertangkap Oleh Tuhan


Nats Bacaan: Maleakhi 3:6-12

Tentu, tidak ada satu orangpun manusia dimuka bumi ini yang senang disebut sebagai tukang tipu. Apalagi, jika kita merasa bahwa kita sudah berusaha menjalani hidup ini dengan baik. Bukan hanya tidak suka, malah bisa jadi orang yang menuduh serta merta menjadi sasaran empuk kemarahan kita. Mungkin, tidak sekedar caci maki yang keluar dari bibir mulut kita, malahan bisa jadi urusannya masuk ke ranah hukum.

Namun, jika pernyataan bahwa kita sebagai penipu datang dari Tuhan sendiri, apakah masih ada jawaban pembelaan yang bisa kita sampaikan? Pengacara terbaik kaliber paling wahid sedunia saja, bahkan tidak mampu membela pernyataan Tuhan yang disematkan kepada kita bukan?

Nah, bangsa Israel pun tidak terima ketika disebut sebagai penipu. Bangsa Israel tidak mau disebut sebagai bangsa yang meninggalkan Tuhan. Padahal, dengan tegas Tuhan sudah menyebutkan kesalahan mereka: menyimpang dari ketetapan Tuhan dan tidak memelihara ketetapan Tuhan (Mal 3:6-7). Meski Tuhan sendiri yang menegaskan kesalahan mereka, namun mereka masih saja berusaha bersilat lidah mencari sejuta alasan.

Mal 3:8 menyebutkan,"Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku." Sebuah pertanyaan tegas dari Tuhan dijawab dengan pernyataan yang juga sangat tegas. Tuhan sendiri menyatakan bahwa manusia telah menipu Tuhan dengan apa yang dilakukannya dan dengan apa yang tidak dilakukannya. Kita menipu Tuhan dengan tidak melakukan ketetapan-Nya, dengan menyimpang dari ketetapan-Nya dan dengan cara tidak memberikan apa yang menjadi milik Tuhan sendiri.

Bisa jadi, kita adalah warga yang taat bayar pajak, tokoh teladan di dalam komunitas kita, atau malah adalah seorang dermawan yang terkenal dimana-mana. Secara manusia, mungkin kita adalah contoh panutan yang dielu-elukan oleh masyarakat luas. Namun, jika kita hanya hebat dihadapan manusia, namun justru adalah penipu dihadapan Tuhan, maka apakah arti semua perbuatan kita? 

Penipu, dalam perspektif Tuhan adalah seorang manusia yang tidak memberikan persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! Nah, predikat penipu ini akan terus melekat pada kita jika kita tidak membereskan kejahatan kita dengan cara membayarnya! Jika demikian, apakah kita mau selalu dikatakan oleh Tuhan sebagai penipu? Predikat sebagai penipu hanya akan dihapuskan tatkala kita membayar perpuluhan dihadapan Tuhan!

Bagi kita yang sudah membayarkan persembahan persepuluhan dan persembahan khusus, Tuhan juga menjanjikan hal-hal yang dahsyat dan luar biasa.  Selain daripada predikat penipu pasti dihapuskan oleh Tuhan, maka Tuhan menjanjikan berkat hidup yang sangat indah. Hal-hal apakah yang terjadi ketika kita memberikan persembahan kita sebagai bentuk ketaatan?

1. Dengan membawa persembahan persepuluhan, kita menyediakan makanan dirumah Tuhan. (Mal 3: 10-11) Persembahan yang kita berikan kepada Tuhan akan memberi ucapan syukur bagi hamba-hamba Tuhan yang melayani Tuhan dengan sepenuh hati. Ketersediaan makanan di rumah perbendaharaan akan membuat para hamba Tuhan dapat melayani dengan lebih fokus, lebih terarah, dan lebih sungguh-sungguh lagi.

2. Dengan membawa persembahan persepuluhan,  kita mendapat kesempatan untuk menguji Tuhan. (Mal 3: 10-11). Luar biasa, tidak ada bagian manapun didalam Alkitab sebuah kesempatan dimana manusia diberi kemungkinan untuk menguji Tuhan. Lumrahnya, manusialah yang mengalami ujian dalam kehidupan ini oleh karena pilihan maupun perkenan Tuhan. Namun, dengan memberi persembahan perpuluhan, maka manusia diberi kesempatan untuk menguji Tuhan sendiri. Jadi, dengan memberi persembahan perpuluhan, Tuhan sendiri menjanjikan akan membuka tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat sampai berkelimpahan. Siapa yang tidak mau?

3. Dengan membawa persembahan persepuluhan, kita akan mengalami kebahagiaan. (Mal 3: 10-12)  Pengakuan akan kebahagiaan kita bukan hanya datang dari orang sekitar kita, malah pengakuan pada kebahagiaan kita mendapat pengakuan dari bangsa-bangsa! Hal ini berarti bahwa berkat membawa persembahan persepuluhan bukan hanya menyangkut berkat personal namun juga berkat korporasi! Ketika kita membawa persembahan persepuluhan maka komunitas kita juga akan terberkati dengan semua itu.

Masihkah kita mau hidup dalam keadaan kena kutuk? Masihkah kita betah dengan sebutan sebagai penipu dihadapan Tuhan? (Mal 3:9). Atau maukah kita mengalami kehidupan yang penuh kebahagiaan dihadapan Tuhan dan manusia? Jika kita mau diberkati, maka marilah kita memberikan persembahan persepuluhan kita ke gereja kita masing-masing. Tuhan Yesus memberkati kita semua. (Bertinus Sijabat- Yogyakarta)

Selasa, 18 September 2012

Lebih Taat Kepada Tuhan

Lebih Taat Kepada Tuhan 


Nats Bacaan: Kis 4: 26-33

Tulisan taat, jika ditulis secara vertikal, dibaca dari atas atau dari bawah artinya tetap sama. Jika ditulis miring empat puluh lima derazat, lalu dibaca dari sisi manapun, artinya tetap sama. Dengan cara bagaimanapun kita menuliskannya dalam bahasa Indonesia, maka kata taat tetap memiliki  makna yang sama.

Makna taat memang luar biasa dahsyat. Orang yang taat kepada Tuhan Yesus, meski dijungkir balikkan, walau menghadapi ancaman mati, tetap memilih untuk lebih taat kepada Tuhan Yesus daripada kepada yang lain. Namun, bukti taat ini baru bisa teruji melalui tantangan hidup yang sebenarnya.

Mengucapkan kata taat benar-benar tidak semudah membuktikannya didalam kehidupan ini. Memang, mudah untuk mengungkapkan kata taat, apalagi ketika kita sedang bahagia. Namun, apakah kita masih taat ketika sedang berada didalam tekanan hidup yang berat? Taat itu berarti apapun yang terjadi, waktu susah, waktu senang, saat diancam atau saat dipuji, kita tetap memilih untuk mempercayai Tuhan Yesus Kristus diatas segalanya.

Ketika Petrus dan Yohanes dilarang untuk mengajar dalam nama Tuhan Yesus, keduanya secara sengaja memilih  untuk membayar harga yang pantas dalam melayani Tuhan. Alih-alih takut kepada ancaman, malah kedua hamba Tuhan ini justru semakin teguh mengajar didalam nama Tuhan Yesus.

Padahal, larangan yang diberikan kepada keduanya adalah larangan yang keras. Suatu larangan yang disertai dengan ancaman hukuman penjara! Bahkan, lebih dari itu, dengan mengajar didalam nama Tuhan Yesus, keduanya harus siap menghadapi pengadilan massa!

Meski demikian, Rasul Petrus dan Yohanes tidak  berpikir untuk mundur dalam melayani TuhanYesus. Dengan tegas, kedua rasul ini mengungkapkan jawaban atas semua pertanyaan Imam Besar. Tidak ada rasa takut, tidak ada keraguan, dan tidak ada kata-kata plin-plan dari jawaban kedua hamba Tuhan ini.

"Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia." Jawaban ini adalah jawaban yang disampaikan dengan penuh keyakinan iman. Perkataan ini adalah perkataan yang disampaikan ditengah pengadilan mahkamah agama. Ungkapan iman ini didengar oleh semua orang yang menentang keras ajaran Yesus Kristus.

Bagaimana dengan kita, apakah kita berani bersikap lebih taat kepada Tuhan Yesus Kristus meskipun ditengah ancaman, kesulitan dan persoalan hidup? Apakah kita tetap bersikap lebih taat kepada Tuhan Yesus Kristus saat diperhadapkan pada hukuman, cibiran, dan pukulan yang mematikan?  (Bertinus Sijabat-Yogyakarta)